Pagi ini, Museum Mpu Purwa mendapat kunjungan dari SMP Negeri 18 Kota Malang. Sedikitnya 20 siswa-siswi yang berkunjung pada hari Kamis, 17 Januari 2019. Mereka di terima oleh pengelola Museum Mpu Purwa, Abdurokhim. Tujuan siswa-siswa dari SMP Negeri 18 Kota Malang adalah penelitian tentang sejarah di seputar Kota Malang. Abdurokhim menjelaskan kepada siswa-siswi SMP Negeri 18 tentang beberapa koleksi arca yang berada di Museum Mpu Purwa. Namun sebelumnya, menjelaskan peraturan yang ada di Museum Mpu Purwa, bahwa bagi pengunjung tidak boleh menyentuh arca, tidak memotret menggunakan flash dan harus tertib.
Menurut Rokhim, begitu biasa dipanggil, Benda Cagar Budaya yang berada di Museum Mpu Purwa ini berasal dari sekitar Malang Raya yang terkumpul sejak pemerintahan kolonial Belanda di Malang. Benda-benda tersebut merupakan hasil peninggalan budaya masyarakat Malang di masa lampau, yaitu sejak jaman prasejarah masa Neolithik (jaman batu muda), jaman sejarah yaitu masa kerajaan Kanjuruhan di abad ke VIII M, sampai dengan masa akhir kerajaan Majapahit di abad ke XV M.
Selanjutnya Rokhim menjelaskan tentang salah satu arca unggulan di Museum Mpu Purwa, Arca Brahma Catur Muka. Arca ini pernah dilaporkan oleh J. Oey Blom pernah berada di halaman kantor Asisten Residen di Malang. Dipindahkan dari percandian Singosari bersama-sama dengan arca budha Aksobhya, dan ditempatkan di halaman Assisten Residen. Digambarkan duduk dalam sikap sila tumpang (wirasana). Berkepala 4 masing-masing menghadap ke mata angin, di mana kepala yang paling belakang dapat diketahui melalui lobang yang terdapat pada sandaran yang sekaligus menjadi prabhanya. Prabha dihias dengan hiasan pinggir awan dan lidah api.
Tangan 4 dengan perincian, masih kata Rokhim, tangan kanan belakang membawa tasbih (aksamala), tangan kiri belakang membawa bunga teratai merah (padma), kedua tangan depan masing-masing diletakkan di atas lutut (aus atau hilang). Pada kanan dan kiri arca terdapat hiasan teratai merah yang keluar dari umbinya, hal tersebut menunjukkan ciri dari kesenian Singasari. Kain yang dipakainya bermotif batik kawung yang diisi dengan ornamen yang rumit. Brahma adalah dewa pepcipta yang menciptakan dirinya sendiri (swayambhu).  Sebagai tambahan, bahwa kepala 4 melambangkan sifat penguasanya sebagai penguasa semesta alam yang terbagi dalam 4 penjuru mata angin pusat. Empat wajah ini merupakan simbolisasi dari 4 kitab weda, empat yuga (jaman), dan 4 varnna (kasta). Brahma memiliki beberapa nama antara lain, hiranyagarbha (janin keemasan), prajapati (tuan segala makhluk), pitamaha (sang kakek moyang), vidhi (sang pengatur), lokesa (penguasa dunia), dan visvakarma (arsitek alam semesta). Brahma memiliki wahana (kendaraan) berupa Hamsa (angsa), serta sakti (istri), yaitu Sarasvati dan Savitri.

KUNJUNGAN PENELITIAN SISWA-SISWI DARI SMP NEGERI 18 KOTA MALANG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *