11 Desember 2015
Hotel Graha Cakra yang berloaksi di Jl Cerme 16 Kota Malang ditingkatkan statusnya menjadi hotel boutique dengan nama baru The Shalimar Boutique Hotel untuk memenangkan persaingan bisnis perhotelan yang ketat di kota tersebut. Direktur The Shalimar Boutique Hotel Lily Jessica Tjokrosetio mengatakan dalam situasi persaingan hotel yang sangat ketat, maka pengelola dituntut jeli melihat potensi pasar. “Hotel di Malang dipenuhi dengan hotel dengan bintang empat ke bawah. Karena itulah, mengoperasikan hotel boutique menjadi alternatif karena belum ada hotel boutique di Malang,” katanya di sela-sela soft opening The Shalimar Boutique Hotel di Malang.
Di samping itu, Hotel Graha Cakra layak ditingkatkan menjadi hotel boutique berbintang 5 karena gedungnya kuno dengan arsitektur art deco karya arsitek kolonial Belanda, Muller. Bangunan hotel sebenarnya bekas gedung yng digunakan The Society of Freemasons di Kota Malang itu merupakan cagar budaya sehingga tidak boleh diubah. Peningkatan status hotel ini juga sesuai dengan visi pemilik yang kuat pada sisi budaya dan seni. “Karena itulah, nuansa culture and art akan memperkuat dari sisi arsitektur, ornament, pelayanan, hingga kulinernya,” ujarnya.
Untuk memenuhi komitmen tersebut, maka hotel yang sebelumnya menyediakan 55 kamar dikurangi menjadi 44 kamar karena harus menyediakan gedung perpustakaan, business centre, meeting room, gym, dan lainnya. Dari sisi kuliner juga, kata Jessica, hotel tersebut juga menyediakan menu khas, kuno, dan tradisional. Contohnya rijsttafel Shalimar, nasi buk, ayam kodok, erwtensoep atau sup merah, dan lainnya. Menu-menu merupakan menu khas dan kuno, baik untuk masakan tradisional maupun yang dari Eropa. Secara proporsional, menu kuliner hotel tersebut lebih diarahkan ke menu tradisional kuno.
Mengacu hotel Graha Cakra, dia memperkirakan, pangsa pasarnya tetap didominasi wisatawan asing seperti dari Belanda, Inggris, dan Jerman. Proporsinya bisa mencapai 60% wisatawan asing dan sisanya tamu lokal. “Wisatawan asing malah mintanya menu tradisional. Meski begitu, kami juga menyediakan menu kuno Eropa agar tamu bisa merasakan bernostalgia saat berada di hotel ini,” ujarnya.
Namun hotel boutique juga mulai digemari tamu lokal. Tamu-tamu dari Surabaya sudah menginginkan pelayanan hotel yang lebih baik daripada layanan hotel konvensional. Corporate Business Development Manager The Shalimar Boutique Hotel Uwa Gunawan mengatakan target hunian diharapkan mencapai 70% pada tahun depan. Khusus untuk even Natal dan Tahun Baru 2016, dia yakinkan, pemesanan kamar sudah banyak, yakni 40%. Diharapkan pada hari H, tingkat huniannya bisa mencapai 100%.
Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Malang Herman Maryono mengatakan pilihan pemilik Hotel Graha Cakra menjadi hotel boutique cukup jeli melihat persaingan di bisnis perhotelan yang sangat ketat. “Namun pengurus dituntut konsistensinya dalam memberikan pelayanan agar pemberian nama hotel boutique benar-benar nyata,” ujarnya.
Sumber : Bisnis.com