Akhirnya Sabtu kemarin, (21/02/2015) halomalang.com the squad berkesempatan bisa ikutan keliling kota Malang dengan naik Bus Macyto (Malang City Tour), Ngalamers. Tepat jam 09:00 Bus Macyto sudah datang berada di depan kantor DPRD kota Malang, dan langsung siap berjalan karena terlihat bus sudah penuh dengan para warga kota Malang.
Bis 2 tingkat yang berwarna hijau ini memulai perjalanan dari Balai Kota Malang. Bus yang berkapasitas 40 penumpang ini tidak hanya membawa penumpang berkeliling Kota Malang tetapi juga ada tour guide yang juga bercerita tentang sejarah tempat-tempat yang dilewati Bus Macyto.
Memulai perjalanan dari monumen tugu Malang menuju Jalan Kayutangan, sedikit info untuk Ngalamers yang ingin memilih untuk duduk di bis Macyto agar selalu berhati-hati dengan ranting-ranting pohon dan persiapan membawa payung atau topi. Di awal perjalanan, Ngalamers akan dikenalkan dengan simbol-simbol dari monumen kebanggan Kota Malang, di tugu monumen yang berbentuk bambu runcing tersebut merupakan simbol dari senjata yang pertama kali digunakan bangsa Indonesia ketika menghadapi Kolonialisme Belanda.
Simbol Rantai mengambarkan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, Tangga yang membentuk 4 dan 5 sudut menggambarkan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia 1945, simbol Bintang mempunyai 8 tingkat dan 17 pondasi menggambarkan bulan dan tanggal Kemerdekaan Indonesia, terletak di tengah-tengah kolam air menggambarkan bahwa Indonesia dikelilingi oleh air, teratai yang berada di monumen tersebut berwarna putih dan merah melambangkan warna bendera Indonesia.
Berjalan melewati daerah kayutangan Ngalamers akan tahu kenapa kawasan tersebut diberi nama ‘Kayutangan/Kajoetangan’, karena sebelum tahun 1914 di kawasan tersebut terdapat papan penunjuk arah berukuran besar (terbuat dari kayu) yang berbentuk tangan yang dibuat oleh Belanda.
Di kawasan kayutangan juga terdapat bangunan tua yang terletak di seberang Bank BCA sekarang, yang pada jaman dulu merupakan satu-satunya show room mobil yang ada di kota Malang. Orang umum menyebutnya Rajabali, tapi sebenarnya bernama Rajab Ali.
Menuju Jalan Semeru Ngalamers terlihat monumen Adipura, monumen tersebut dibangun karena kota Malang sudah mendapat 5 kali penghargaan Adipura. Perjalanan dilanjutkan melewati Stadion Gajayana.
Kita patut berbangga Ngalamers karena stadion Gajayana yang selesai dibangun pada tahun 1925 merupakan stadion terbesar se-Asia pada tahun tersebut.
Masuk kawasan Idjen Bolevard akan terlihat monumen Seroja yang terletak di seberang Museum Brawijaya Malang. Monumen Seroja ini dibangun Sekolah Tentara Suropati untuk mengenang jasa para pahlawan yang membela memperjuangkan kemerdekaan.
Menikmati suasana jalan Idjen akan terasa sama seperti kawasan Bandung tepatnya di Jalan Asia Afrika, karena selain sama-sama dijajah oleh Belanda bangunan yang berada di Bandung dibangun oleh pendiri yang sama.
Bus Macyto berhenti sejenak di depan Museum Brawijaya, Museum Brawijaya yang dibangun sejak tahun 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman (mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962) kemudian mendapat dukungan pemerintah kota Malang dengan penyediaan lokasi tanah seluas 10.500 meter persegi, dan dukungan biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel di Tretes Pandaan.
Arsitek museum Brawijaya adalah Kapten Czi Ir.Soemadi, nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) ‘Citra Uthapana Cakra’ yang berarti sinar (citra) yang membangkitkan (uthapana) semangat/kekuatan (cakra), sedangkan museum diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968.
Perjalanan dilanjutkan kembali melewati kawasan Idjen dan melewati Gereja Idjen menuju simpang balapan. Di simpang balapan terdapat monumen Hamid Roesdi. Mayor Hamid Roesdi adalah seorang komandan pasukan yang paling ditakuti lawan, disegani kawan, serta sangat dipatuhi oleh anak buahnya. Nama Hamid Roesdi juga dipakai sebagai nama terminal di Gadang loh Ngalamers guna mengenang jasa Beliau.
Setelah melewati bundaran simpang balapan kembali bus Macyto kembali menuju Balai Kota Malang dengan rute sesuai dengan rute berangkat. Seru juga Ngalamers mencoba berkeliling kota Malang dengan bus Macyto, tidak perlu khawatir untuk bosan karena rute yang akan dilewati akan selalu berubah di tiap minggunya.
Menurut Sandy, Petugas Satuan Pamong Praja yang sabtu kemarin bertugas “Rute bus Macyto bisa berubah-rubah sesuai dengan keinginan supir Bis, jadi kita tidak hari ini atau besok akan melewati kawasan mana saja.”
Menurut Kristi, Staff Tata Usaha Dinas Pariwisata kota Malang menjelaskan “Untuk jadwal pasti bus Macyto di tetapkan jalan tiap hari sabtu dan minggu saja, mulai jam 09:00 hingga jam 11:00. Namun, jika ingin menikmati jalan-jalan dengan bus Macyto pada hari biasa, Ngalamers bisa mengajukan surat permohonan terlebih dahulu yang ditunjukan untuk Kepala Dinas Pariwisata kota Malang dan prosesnya memakan waktu 2 hari untuk persetujuannya.”