MALANG – Jalan-jalan Kota Malang bisa sangat me­ngasyikan, khususnya ke­tika ingin menghabiskan wak­tu menunggu waktu ber­buka puasa. Hal inilah yang dirasakan 70 wisatawan Family Trip Ramadan, Rabu (23/5) kemarin.  Mereka di­a­jak mempelajari sejarah ba­ngunan-bangunan tua di Komplek Alun-Alun Merdeka Kota Malang.

“Saya kagum dengan bangunannya. Belum pernah masuk ke sini seumur hidup saya dan ternyata sejarahnya menarik,” ungkap Nia Prandani, salah seorang peserta Family Trip saat berkunjung ke Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Malang.

Mulai dari penjelasan struktur bangunan yang sarat dengan gaya Belanda. Termasuk juga sampai sejarah gedung gereja yang pernah dijadikan gudang penyimpanan beras oleh penjajah Jepang. Pengunjung asal Jogjakarta itu mengutarakan ketertarikannya pada gedung-gedung tua di Kota Malang. Di mana, masih tetap terjaga dan juga unik.

“Unik sekali, selain gereja ini di sebelahnya kan ada Masjid juga. Ini menarik karena sama-sama tuanya kan kedua bangunan ini tetapi tetap bisa terjaga. Plus nilai sejarahnya masuk semua,” tandas wisatawan asal Jogjakarta ini.

Tidak hanya ditunjukkan struktur bangunan dan sejarahnya saja, pengunjung juga diperlihatkan koleksi gereja yang sama tuanya dengan gereja. Yakni Kitab Suci atau Alkitab yang sudah ada sejak 1861. Terlihat tua dan rapuh akan tetapi tetap dapat dilihat oleh pengunjung secara langsung.

Tidak hanya berkunjung ke GPIB Immanuel saja, sebelumnya sebanyak 70 peserta Famtrip ini diajak keliling dan menunaikan salat di Masjid Jamik. Yang berada di sebelah GPIB Immanuel. Setelah itu, rombongan ini menuju ke gereja peninggalan zaman Belanda lainnya yakni Gereja Hati Kudus Yesus Kayu Tangan.

Setelah puas berkeliling di kompleks tempat ibadah bersejarah di komplek Alun-Alun Merdeka, rombongan tur

bergerak ke kawasan Heritage Kota Malang lainnya. Yakni Kampung Heritage Kayu Tangan (Talun).

Sebelumnya rombongan ini sudah mengunjungi beberapa kawasan wisata lain seperti kampung tematik di Kota Malang. Salah satunya Kampung Sentra Tempe di Sanan, Kampung Go Green Glintung, Kampung 1.000 Topeng Tlogowaru dan komplek Makam Ki Ageng Gribig.

Kepala Seksi (Kasi) Promosi Disbudpar Kota Malang Agung H Buana mengatakan Famtrip tersebut memang dibuat khusus di Bulan Ramadan. Hal ini diakuinya guna mendongkrak kunjungan wisatawan selama bulan puasa.

“Memang untuk mendongkrak kunjungan wisata terlebih pasca adanya kejadian bom. Memang sedikit menurun. Maka ini kita galakkan, keliling Kota Malang sambil menggencarkan konsep ‘wisata cinta damai’,” tutur Agung kemarin di sela trip.

Konsep wisata damai tersebut memang diangkatnya karena Kota Malang pun kebetulan memiliki tempat ibadah bernuansa heritage dan memiliki nilai sejarah tinggi. Di mana keduanya pun bersebelahan, masjid dan gereja.

Dengan itu, warga dapat tahu jika dari dulu warga Malang sudah memiliki rasa toleransi yang tinggi. Wisatawan pun dapat mempelajari sejarahnya.

“Kebetulan ini masih hari ini saja (kemarin,red) karena kerjasama juga dengan Asperda (Asosiasi Pengusaha Rental Daerah) Malang. Tetapi ke depan sangat bisa diruntinkan. Untuk umum tinggal daftar ke dinas atau melalui jasa tour dan travel di Kota Malang,” jelas Agung.

Nantinya, warga yang tertarik mengelilingi Kota Malang dengan Famtrip dapat menikmati program ini setiap Sabtu dan Minggu menggunakan Bus Malang City Tour (Macyto).

Agung menegaskan rute dan tujuan Famtrip diutamakan pada kawasan heritage Kota Malang. Tetapi tidak itu saja, kampung-kampung tematik Kota Malang pun menjadi tujuan pula. Seluruh kampung tematik akan menjadi tujuan wisata Famtrip.

“Tentu saja harus menjadi tujuan wisatanya. Kita punya 11 kampung tematik yang sudah diresmikan dan memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Tergantung nanti rute-rute yang dipilih,” pungkasnya.

Sementara itu Divisi Sosbudpar DPP Asperda Malang Raharia Padmeswara menjelaskan program Famtrip dirasa akan sangat membantu pengusaha rental di Malang. Yang saat ini sedang mengalami penurunan aktivitas jasa sampai omset sekitar 40 persen.

Ia mengakui serangkaian kejadian teror bom di Jawa Timur belum lama ini menjadi penyebab utamanya. Di mana warga masih merasa takut untuk bepergian jauh dan berwisata khususnya di kawasan Jawa Timur.

“Jadi seminggu terakhir kemarin pasca bom, banyak wisatawan yang membatalkan atau membuat jadwal baru untuk kunjungannya ke Jatim. Normalnya, okupansi bisa mencapai 90 persen tapi satu pekan terakhir jumlah kunjungan turun sekali,” keluhnya.

Meski begitu, saat ini para agen wisata di Jatim menurutnya sudah mulai kembali menghidupkan animo wisata di setiap daerah yang ada. Menyesuaikan dengan momen Ramadan, wisata kampung tematik dengan selipan wisata religi pun menjadi salah satu daya pikat yang ditawarkan saat ini.

“Famtrip seperti ini menjadi cara kita memulihkan kembali minat warga untuk wisata,” pungkas pria yang akrab disapa Aria ini. (ica/ary)

sumber: www.malangpostonline.com/read/726/asyiknya-family-trip-ramadan-ngabuburit-ke-bangunan-sejarah-hingga-kampung-tematik-tertarik/2
Asyiknya Family Trip Ramadan, Ngabuburit ke Bangunan Sejarah hingga Kampung Tematik, Tertarik?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *