Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) biasanya jadi tempat berekspresi siswa di sekolah. Selain itu juga menjadi tempat bersosialisasi dengan sesama teman yang menyukai satu kegiatan seperti olahraga, kesenian danlainnya. Sekolah biasanya memiliki beberapa kegiatan ekskul. Berjalan-jalan mengunjungi SMK Negeri 1 Kota Malang misalnya, sekolah kejuruan negeri ini ternyata punya satu ekskul yang diunggulkan, yaitu ekskul tari. Sebanyak 400 Siswa-Siswi berkunjung ke Museum Mpu Purwa Kota Malang didampingi Guru Sejarah Muhammad Iqbal Muhlasin, Sabtu, 24 November 2018. Siswa-siswi SMK negeri 1 Kota Malang yang berkunjung terdiri dari Jurusan Akuntansi, Jurusan Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Pariwisata, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Audio Visual dan Jurusan Agribisnis.


Kunjungan kali ini menjadi istimewa, karena selain berkunjung ke museum untuk belajar sejarah, mereka juga melaksanakan pagelaran tari, sebagai bagian dari ujian praktek ekstrakurikuler mereka yang kelas XII.
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Malang, Retno Utami, M.Pd. kepada Dra. Wiwik Wiharti Rodiah, M,Si menyampaikan terimakasih kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, yang telah memberikan fasilitas ruang atau halaman Museum Mpu Purwa untuk dijadikan melaksanakan pagelaran tari sekaligus tempat belajar sejarah Kota Malang.


“Adanya ekskul ini, membuat mereka (siswa) bisa mengekspresikan diri mereka ke hal yang positif. Karena tujuan ekskul semacam ini memang dibuat guna mencegah siswa menggunakan energinya untuk hal negatif,” kata Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Malang, Retno Utami, M.Pd. Sementara itu, Yeshinta Octavianti, S.Pd, guru seni budaya mengatakan dalam perkembangannya, ekskul inipun terbilang cukup menjanjikan. Eksistensinya, membuat siswa kerap diundang untuk tampil di berbagai event-event bergengsi.Dari situ, didapatkan pula sebuah keuntungan ekonomis. Sebagai imbalan profesional atas kompetensi kemampuan tarian yang ditampilkan di ajang-ajang formal tersebut.


Dengan demikian, manfaat yang didapatkan siswa menjadi jauh lebih luas. Mendalami dan menjaga budaya daerah, khususnya seni budaya tari, sekaligus mendapatkan keuntungan ekonomis sebagai penari profesional.
Kunjungan ke Museum Mpu Purwa diterima Juru Pelihara Museum Mpu Purwa, Mimin Yuni Marita. Mimin menjelaskan bahwa Benda Cagar Budaya berupa arca, dalam ilmu arkeologi digolongkan dalam suatu cabang ilmu yang disebut ‘Ikonografi’. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Icon (Eicon) yang berarti ‘serupa’, yaitu suatu benda yang menggambarkan tokoh seseorang atau dewa yang dikeramatkan. Grapien artinya ‘uraian’ atau ‘perincian’. Jadi Ikonografi berarti menguraikan atau memerinci suatu benda yang menggambarkan tokoh seseorang atau dewa yang dikeramatkan di atas suatu lukisan, relief, mosaic, yang khusus dimaksudkan untuk dipuja atau dalam beberapa hal dihubungkan dengan upacara keagamaan yang berkenaan dengan pemujaan dewa-dewa tertentu (Ratnaesih, 1984:1). Dalam bahasa Sansekerta dikenal istilah ‘arca’ yang secara etimologis berarti badan atau tubuh. Sedangkan istilah ‘patung’ diduga berasal dari bahasa Indonesia asli.


Yang dimaksud dengan ilmu arca dalam ikonografi sebenarnya berhubungan dengan seni dan teknis pembuatan arca dewa tertentu dalam agama Hindu maupun Budha. Karena arca merupakan bentuk ‘antropomorphis’ (perwujudan manusia) dari dewa-dewa, maka pembuatannya terkonsentrasi pada: gaya, cara pembuatan, serta ketentuan pembuatan. Para pemahat arca dahulu berpedoman kepada sebuah kitab tuntunan yang disebut ‘silpasastra’. Oleh karena itu para senimannya disebut ‘Śilpin’. Juga disebut ‘Yogin’, karena cara membuatnya melalui ‘yoga’ (samadi). Adapun macam-macam kitab silpasastra itu di antaranya adalah: kitab Visnudharmottaram, Pratima Manalaksanam, Suprabedhagama, Vaikhanasagama, Rupamandana, dan masih banyak lagi cabang-cabang lainnya. * (Rokhim-Disbudpar Kota Malang)

400 Siswa –Siswi SMKN 1 Kota Malang Laksanakan Pagelaran Tari dalam rangka Ujian Praktik di Museum Mpu Purwa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *