25 MEI 2015

No. Inventaris : 04/Kota Malang

Nama Benda : GANESYA
Bahan : Batu Andesit
Ukuran : Tg. 81 cm L. 45 cm Tb. 46 cm
Asal : koleksi DPU Jl. Halmahera (tempat asli tidak diketahui).

Arca Ganesya ini sebagian besar dapat dikatakan utuh. Digambarkan duduk seperti bayi. Kepala memakai mahkota dari rambutnya yang disanggul (jatamakuta). Ujung belalai putus, kelopak mata dipahat agak dalam (diduga dahulu mata tersebut diisi dengan isian manik-maik atau logam). Tangan empat buah (caturbhuja), tangan kanan belakang membawa kapak (parasu), tangan kiri belakang aus, tangan kanan depan juga aus, tangan kri depan membawa mangkuk (modaka). Mengenakan kalung (hara), kelat bahu (keyura), gelang tangan (kankana), dan gelang kaki (nupura). Di depan dada melintang tali kasta (upavita), perut buncit (lambodara). Tempat duduknya berbentuk bunga teratai merah (padmasana). Di belakangnya terdapat sandaran yang sekaligus bermakna sebagai prabha.

Dalam mitologi Hindu, Ganesya adalah dewa berkepala gajah yang merupakan pemimpin dari orang-orang Gana (yaitu kelompok masyarakat pemuja hewan Gajah). Dari etimologi namanya, Ganesya berasal dari kata Gana= kelompok pemuja hewan gajah dan Isya= tuan atau pemimpin. Banyak versi yang menceritakan tentang asal-usul dewa Ganesya. Menurut kitab Brahmavairavata, dikisahkan bahwa ketika Parwati melahirkan anak dari hasil perkawinannya dengan dewa Siwa, semua dewa ingin melihat bayi yang baru lahir tersebut karena kabarnya bayi tersebut memiliki wajah yang tampan dan bersinar. Adalah seorang dewa bernama SANI (Saturnus) yang juga ikut melihat. Dewa Sani memiliki kekuatan bahwa sesuatu yang dipandangnya dengan seksama, maka akan meledaklah yang dilihatnya itu. Demikianlah ketika ia memandang bayi tersebut karena ketampanannya, seketika kepala bayi itu meledak. Semua dewa terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dewa Wisnu mempunyai akal untuk mencarikan ganti kepala bayi tersebut. Wisnu turun ke bumi, dan yang dijumpai pertama kali olehnya adalah seekor gajah. Tanpa pikir panjang kepala gajah tersebut dipenggal dan kemudian dibawa ke kahyangan untuk dipasangkan ke badan bayi, sehingga bayi tersebut hidup kembali dengan berkepala gajah.

Sedangkan menurut kitab Smaradahana karangan Pu Dharmaja dari kerajaan Kadiri, diceritakan bahwa Ganesya berkepala gajah karena ketika dewi Parwati hamil tua, ia dikejutkan oleh kedatangan dewa Indra dengan seekor gajahnya yang bernama Airawata, yang pada saat itu tiba-tiba lewat di depan dewi Parwati. Karena terkejutnya sehingga bayi yang dikandungnya lahir, dan ternyata bayi yang baru lahir tersebut berkepala gajah.

Ada lagi versi lain dari India, yaitu bahwa Ganesya tercipta dari kerudung dewi Parwati, dan dijadikannya sebagai pengawal pribadinya. Pada waktu dewi Parwati sedang mandi, dewa Siwa hendak memasuki taman, tetapi dicegah oleh pengawal dewi Parwati yang baru tersebut. Akhirnya terjadilah perang antara dewa Siwa dengan pengawal dewi Parwati. Pengawal dewi Parwati dapat dikalahkan dengan memenggal kepalanya. Melihat kejadian tersebut dewi Parwati marah dan menuntut agar pengawalnya dihidupkan lagi. Dewa Siwa bingung, dan atas bantuan Wisnu, maka kepala pengawal itu diganti dengan kepala seekor gajah.

Ganesya sebagai dewa berfungsi sebagai dewa pemujaan baik di kuil maupun di luar kuil. Ia dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan, dipuja ketika orang memulai untuk pekerjaannya, juga dipuja sebagai dewa yang menghancurkan segala rintangan jahat (Vigna Vignesvara). Kendaraan atau wahana dari dewa Ganesya adalah seekor tikus.

Sumber : Kepurbakalaan di Kota Malang Koleksi Arca dan Prasasti

KOLEKSI BCB : GANESYA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *