27 Juli 2015
MALANG KOTA – Berwisata murah meriah keliling Kota Malang naik kendaraan hias, lebih enjoy dilakukan pada malam hari. Sebab, sajian keindahan warna-warni lampu kota, taman-taman, air mancur, hingga mampir ke zona kuliner di Kota Pendidikan ini, kini makin punya daya tarik tersendiri.
Seperti kendaraan hias yang melintas di Jl Merdeka, tepat di depan alun-alun pada Rabu (22/7) lalu. Kendaraan hias berdekorasi lampu warna-warni dengan ornamen berbentuk naga melintas ini, diantre sejumlah wisatawan. Setiap kali menyelesaikan putaran rutenya, sopir kendaraan ini sudah ditunggu wisatawan di titik pemberangkatan.
Wartawan koran ini pun menjajal sensasinya. Dari Taman Trunojoyo, penumpang diajak menikmati keindahan Alun-Alun Tugu dan Balai Kota Malang, lalu melaju ke Alun-Alun Merdeka, melewati Jalan Aris Munandar dan kembali ke Taman Trunojoyo.
Banyak objek wisata Malang yang dilewati, meski penumpang tak diperkenankan turun di tengah tur. Di antaranya melewati Taman Wisata Rakyat, Pasar Burung Splendid, Patung Chairil Anwar, Gereja Kayu Tangan, Toko Oen, Sarinah, pertokoan di sekitar Pasar Besar hingga kembali ke Stasiun Kotabaru. ”Memang rute yang dipilih bukan jalur utama agar tidak menimbulkan kemacetan, faktor keamanan juga,” papar dia.
Dana Via Akbar, 37, pemilik kendaraan hias itu mengatakan, setiap hari beroperasi mulai pukul 14.00 hingga pukul 22.00. Lamanya operasi bergantung cuaca dan ramainya penumpang. Kendaraan hias dengan tema naga ini adalah hasil modifikasi dan kreasi dari kendaraan roda tiga dengan bak di belakangnya. ”Kalau ramai sehari bisa jalan sepuluh kali, kalau sepi ya bergantung permintaan,” jelas pria yang tinggal di Jalan Hamid Rusdi tersebut.
Kendaraan hias ini melaju dengan kecepatan sedang, antara 20 hingga 30 kilometer per jam sehingga meski perjalanan hanya ditempuh selama kurang lebih seperempat jam tetapi lumayan untuk cuci mata. ”Satu kali angkut bisa 16 orang dewasa dan anak-anak, tapi kalau hanya anak-anak maksimal 25 orang,” jelas Dana.
Banyaknya orang tua menitipkan anaknya untuk naik sendiri karena naik kendaraan hias dirasa aman. Sebab, desain hiasan dari spons hias tersebut ditata sehingga sisi samping kendaraan terlindungi.
Ada dua model kendaraan hias yang biasa beroperasi, yakni yang menggunakan hiasan naga atau dewa krisna kecil. Dua karakter tersebut dipilih karena secara desain menarik dan warna-warni sehingga menarik minat anak-anak. Untuk operasionalnya, tak banyak bagian mesin mobil yang dimodifikasi. ”Hanya ditambah accu untuk menyalakan lampu hias,” jelas pria asal Sumenep, Madura itu.
Beragam reaksi yang ditunjukkan anak-anak saat menaiki kendaraan tersebut. Mulai dari yang takut-takut, tapi lebih banyak yang tak mau turun alias ingin naik berulang kali. Seperti Arina Tri Septiani, anak ketiga dari Lidya Ratna itu menangis karena belum puas berjalan-jalan. ”Ya, mau tidak mau naik dua kali ini tadi. Bayarnya Rp 5 ribu per orang, saya naik berempat jadi Rp 20 ribu sekali jalan,” jelas ibu muda berlesung pipi itu.
Lidya sengaja mengajak anak-anaknya jalan-jalan naik kendaraan hias agar tahu tempat-tempat bersejarah Kota Malang, karena saat kendaraan melaju, dia bisa sembari bercerita. ”Anak-anak ini sejak lahir di Jakarta, pulang ke Malang setahun sekali. Tadi waktu lihat odong-odong langsung naik,” jelas perempuan yang tinggal di Jalan Wilis tersebut. (lil/by/c2/lia)
Sumber : Radar Malang