Pada  hari Minggu, 25/2, Bertempat di Aula kantor Kelurahan Bunulrejo Kecamatan Blimbing diadakan diskusi panel dengan agenda Revitalisasi Pasar Bunulrejo Berbasis Pasar Wisata dan Pengembangan Kepemudaan Tourism. Acara tersebut diawali dengan sambutan dari Lurah Bunulrejo. yang selanjutnya dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni mewakili Sekda Kota Malang. Hadir juga dalam acara tersebut Letkol (Purn) Suparno HW, anggota Komisi A  DPRD Kota Malang dan Moreno Soeprapto, anggota DPR-RI Komisi III – Hukum, HAM, Keamanan beserta rombongan.

Diskusi yang dihadiri oleh pegiat/pengurus karang taruna dan masyarakat Bunulrejo sekitar 100 orang tersebut yang memiliki tujuan merevitalisasi pasar Bunulrejo, agar ke depannya pasar Bunulrejo bisa menjadi pasar wisata. Hal ini berarti akan menjadi Pasar berbasis Pasar Wisata pertama yang dimiliki oleh Kota Malang. Sehubungan hal itu juga selaras dengan Program Kementrian Pariwisata, bahwa Kota Malang sejak tahun 2016 ditunjuk sebagai destinasi wisata kuliner dan belanja. Sehingga ke depannya di Pasar Bunulrejo banyak menjual oleh-oleh, souvenir, dan kuliner khas Malang dipadu dengan ornamen-ornamen yang menunjukkan budaya dan local wisdom Kota Malang. Karena Pasar Bunulrejo sendiri memiliki nilai sejarah tersendiri yang telah berdiri sejak 1083 tahun lalu ditandai dengan sebuah Arca Ganesha yang bertuliskan huruf jawa Kuno di punggung arca, dengan sebutan Prasasti Bunulrejo. Harapan masyarakat sendiri bahwa agar dapat dipasangnya replika Ganesha Prasasti Bunulrejo di depan pasar tersebut. Selain karena nilai sejarah tersebut, pemilihan Pasar Bunulrejo direvitalisasi juga karena letak strategis Pasar Bunulrejo yang berdekatan dengan jalan utama, pintu keluar tol Pandaan Malang dan Kampung Industri Tempe Sanan yang terkenal.

Dalam paparannya Kepala Dinas Budpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni menyatakan bahwa konsep pasar wisata sangat menunjang kebutuhan wisatawan yang akan datang ke Kota Malang dimana Kuliner dan Belanja menjadi bagian dari perjalanan wisata. Senada dengan hal tersebut saat ini jalan Hamid Rusdi Bunulrejo dipenuhi berbagai usaha kuliner seperti depot, cafe dan rumah makan dengan ikonnya RM. Sate kambing H. Paino. Sehingga dapat dijadikan pelengkap fasilitas dari pasar wisata. Sementara itu M. Dwi Cahyono (arkeolog) menyatakan bahwa perlu dipikirkan sebuah konsep pengembangan Pasar Wisata Bunulrejo dengan mengacu pada isi dari Prasasti yaitu Bunulrejo sebagai wilayah otonom yang memproduksi bunga-bunga untuk kepentingan ritual pada masa lampau. Sehingga tidak berlebihan apabila Pasar Wisata tgersebut dihiasi berbagai ornament dan hiasan bunga-bunga. Kedepan juga akan dikembangkan berbagai atraksi dalam pasar wisata tersebut. “Pasar Wisata Bunulrejo akan menjadi destinasi wisata baru apabila masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dapat bersinergi dan berkolaborasi, ” demikian kata Agung H. Buana disela-sela tanya jawab pada diskusi panel tersebut. Sehingga kedepan perlu diselaraskan antara kepentingan pedagang, masyarakat, industri pariwisata serta pemerintah untuk memajukan ekonomi masyarakat melalui Pasar Wisata.

Dalam acara tersebut juga mengundang beberapa narasumber penting untuk memberikan gambaran tentang hal yang berkaitan dengan konsep pasar wisata. Seperti Kepala Seksi Pemasaran Pariwisata Dibudpar Kota Malang Agung H. Buana, Kasubid Ekonomi dan Keuangan Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang Wilstar Sinaga, dan Kepala Bidang Pengelola Pasar Rakyat Dinas Perdagangan Kota Malang Eko Syah, Pemimpin Redaksi Jawa Pos Radar Malang Abdul Muthalib, Arsitektur UIN Arif, Sejarawan M. Dwi Cahyono Arkeolog UM. (irvak/ahb)

Kota Malang akan miliki Pasar Wisata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *