18 MEI 2015

Jl. Trunojoyo No 7 Malang

Pada saat dibukanya jalur kereta api Surabaya-Malang tahun 1876 di sepanjang jalan raya Kayutangan, hanya ada beberapa rumah Eropa dan selebihnya masih sawah, sebelah timur sudah terdapat tangsi militer (Kompleks Rampal), oleh sebab itu stasiun diletakkan di sebelah timur rel kereta api menghadap tangsi militer dengan alasan keamanan. Sejalan dengan pola pemikiran arsitek kota, Ir. Herman Thomas Karsten yang menganggap Kota Malang sangat indah, pemindahan arah kedatangan stasiun harus menghadap ke barat dengan alasan semua orang yang datang akan langsung melihat pemandangan ‘de linggende vrouw’ (wanita berbaring adalah julukan Gunung Kawi) yang eksotik.

Pemindahan stasiun dilakukan tahun 1930, untuk memberi kesan monumental dibangun jalan kembar dengan taman di tengahnya menuju Alun-alun bunder (Jalan Kertanegara). Bangunan tersebut dirancang oleh Landge bouwendients (Jawatan Geung Negara) dan dikerjakan oleh AIA (Algemeen Ingenieus en Architecten). Karena masa tersebut berkembang isu akan terjadi Perang Dunia II, maka desain disesuaikan dengan situasi yang terjadi saat itu dan nasehat dari militer antara lain pembuatan terowongan antara peron dua dan peron tiga untuk tempat berlindung apabila ada serangan udara.

 

Sumber : Malang Colonial City Tour, Yayasan Inggil

STASIUN KOTA BARU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *