29 September 2014
Jl. Tugu no 1 Malang
Sebelum tahun 1914 Malang masih merupakan daerag dari Keresidenan Pasuruan dan kekuasaan tertinggi kota Malang adalah Assisten Residen yang kantornya di selatan Alun-Alun (sekarang kantor Perbendaharaan dan Kas Negara). Setelah kota Malang dinaikkan statusnya menjadi Gemeente (Kotamadya) tanggal 1 April 1914, Kota Malangberhak memerintah daera sendiri dengan dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Jabatan walikota waktu itu dirangkap oelh Assisten Residen sampai tahun 1918, baru tahun 1919 Malang mempunyai walikota pertama HI Burgemeester.
Prior to 1914 the area of Malang still a residency of Pasuruan and supreme power of Malang is the Assistant Resident, the office in southern Square (now the office of Treasury and State Treasury). After being promoted its status into Gemeente (Municipality) on April 1, 1914 Malang has the right to govern their own territory led by a Burgemeester (Mayor). The position of mayor at that time was assumed by the Assistant Resident until 1918, and then in 1919 Malang had first mayor HI Burgemeester.
Alun-Alun lama sebagai symbol pemerintahanlam di anggap sudah tidak memiliki gaya pemerintahan baru yang lebih modern dan diusulkan untuk membuat daerah pusat pemerintahan baru yaitu di daerah JPCoen Plein karena lapangan tersebut berbentuk bundar maka disebut Alun-Alun Bundar. Pda 26 April 1920 dibuat perencanaan perhiasan kota yang di dalamnya termasuk pembangunan gedung Balai Kota sebagai tempat pemerintahan yang baru. Gagasan perencanaan itu timbul setalah walikota mengadakan sayembara perencanaan Balai Kota Malang dengan juri Ir. W. Lemei, Ir. Ph. N. Te Winkel dan Ir. A. Grunberg. Dari 22 peserta lomba, tidak ada satupun yang memenuhi syarat. Maka, pada tanggal 14 Februari 1927 diputuskan oleh dewan kota agar rancangan yang paling baik diadakan perubahan dan segera dilaksanakan pembangunan dengan anggaran F.287.000. Rancangan yang akhirnya dipakai adalah karya HF Horn dari Semarang dengan motto: Voor de burgers van Malang (untuk warga Malang).
Old square as a symbol of the old government considered that it did not have a new government style which more modern and proposed to create center government area in JPCoen Plein because the field is a typical of circle so it called as Alun-Alun Bundar. On April 26, 1920 the government made a city jewelry planning which include a building of City Hall as new government place. The concept appeared after the mayor held planning contest about City Hall of Malang with judges Ir. W. Lemei, Ir. Ph. N. Te Winkel and Ir. A. Grunberg. 22 participants, none are eligible. Well, on February 14 1927 decided by city council in order to the best planning would be changed and implemented the building with budget calculation F.287.000. The draft finally adopted was the work of the HF Horn from Semarang with the motto: Voor de burgers van Malang (for Malang citizens).
Kawasan ini merupakan kawasan yang paling bersejarah di Kota Malang. Karena keberadaannya yang menjadi pusat pemerintahan sejak zaman kolonial hingga sekarang. Kawasan pusat pemerintahan ini terdapat gedung Balai Kota Malang, merupakan salah satu landmark Kota Malang.
It is the most historical place in Malang city because it’s as central government since the colonial until now. The administrative center is the City Hall of Malang, is one of the landmarks of the city of Malang.
Sumber : Malang Colonial City Tour, Yayasan Inggil