Site icon Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata

SEKILAS TENTANG ARCA

Benda Cagar Budaya berupa arca, dalam ilmu arkeologi digolongkan dalam suatu cabang ilmu yang disebut ‘Ikonografi’. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Icon (Eicon) yang berarti ‘serupa’, yaitu suatu benda yang menggambarkan tokoh seseorang atau dewa yang dikeramatkan. Grapien artinya ‘uraian’ atau ‘perincian’. Jadi Ikonografi berarti menguraikan atau memerinci suatu benda yang menggambarkan tokoh seseorang atau dewa yang dikeramatkan di atas suatu lukisan, relief, mosaic, yang khusus dimaksudkan untuk dipuja atau dalam beberapa hal dihubungkan dengan upacara keagamaan yang berkenaan dengan pemujaan dewa-dewa tertentu (Ratnaesih, 1984:1). Dalam bahasa Sansekerta dikenal istilah ‘arca’ yang secara etimologis berarti badan atau tubuh. Sedangkan istilah ‘patung’ diduga berasal dari bahasa Indonesia asli.

Yang dimaksud dengan ilmu arca dalam ikonografi sebenarnya berhubungan dengan seni dan teknis pembuatan arca dewa tertentu dalam agama Hindu maupun Budha. Karena arca merupakan bentuk ‘antropomorphis’ (perwujudan manusia) dari dewa-dewa, maka pembuatannya terkonsentrasi pada: gaya, cara pembuatan, serta ketentuan pembuatan. Para pemahat arca dahulu berpedoman kepada sebuah kitab tuntunan yang disebut ‘silpasastra’. Oleh karena itu para senimannya disebut ‘Śilpin’. Juga disebut ‘Yogin’, karena cara membuatnya melalui ‘yoga’ (samadi). Adapun macam-macam kitab silpasastra itu di antaranya adalah: kitab Visnudharmottaram, Pratima Manalaksanam, Suprabedhagama, Vaikhanasagama, Rupamandana, dan masih banyak lagi cabang-cabang lainnya.

Di Indonesia, sebagian besar arca-arca dibuat berhubungan dengan bangunan pemujaan (candi), apakah bangunan pemujaan tersebut dibangun oleh pihak kerajaan ataukah dibuat oleh pejabat daerah, atau pula dibuat oleh masyarakat desa. Dari sebab itulah nantinya dapat dilihat di lapangan bahwa arca-arca yang dibuat oleh kelompok pertama, maka arca-arcanya lebih bagus karena para Silpin merupakan pengrajin dari pusat (istana), sedangkan arca-arca yang dibuat oleh pejabat di daerah, arca-arcanya kelihatan kurang proporsional. Apalagi arca-arca yang dikerjakan oleh pemahat dari desa, maka arca-arca tersebut tampak lebih tidak mengindahkan aturan pembuatan lagi. Demikianlah dalam kenyataannya dapat dibandingkan arca-arca yang terkumpul di Malang, ada arca yang bagus pembuatannya, ada yang sedang, dan ada pula yang kurang bagus.

SEKILAS TENTANG ARCA
Exit mobile version